Sedikit tentang film Rumah Tanpa Jendela yangd iambil dari cerpen karya Asma Nadia dalam buku kumpulan cerita pilihan Emak Ingin Naik Haji, adalah besutan sutradara Aditya Gumay, setelah sebelumnya sukses meraih 5 penghargaan dalam Festival Film Bandung lewat film yang sangat menyentuh: Emak Ingin Naik Haji .
Benturan takdir yang mempertemukan antara si kaya dan si miskin lagi-lagi menjadi tema yang diangkat sineas Indonesia, kini lewat film keluarga arahan Aditya Gumay berjudul "Rumah Tanpa Jendela". Film debut penyutradaraan Mathias Muchus tersebut sama-sama menghiasi perfilman tanah air di bulan Februari ini. Walau punya tema cerita yang bisa dibilang senyawa, namun di bawah arahan sutradara Aditya Gumay, film "Rumah Tanpa Jendela" akan terkecap berbeda dengan adanya unsur musikal di dalamnya.. Film ini mengisahkan tentang kehidupan anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dari orang tua mereka. Anak-anak yang tinggal di tumpukan sampah berjuang untuk hidup di tengah kerasnya kehidupan dengan menyelipkan rasa persahabatan, rasa syukur dan saling berbagi.
"Rumah Tanpa Jendela" yang kembali diramaikan oleh kehadiran Atie Kanser sebagai seorang nenek yang lincah dan penyabar, akan menceritakan dua sisi dadu yang berbeda, Rara (Dwi Tasya) boleh dibilang gadis kecil yang enerjik dan keluguannya, seperti anak-anak lain seumurannya, Rara juga pastinya punya mimpi dan keinginan yaitu hanya sebuah jendela untuk rumahnya.dan Aldo (Emir Mahira) hidup di keluarga yang berkecukupan, rumah mewah dan segala kebutuhannya selalu terpenuhi, namun Aldo yang sedikit "berbeda" dengan anak lainnya merasa kesepian ketika Ayah dan Ibunya beserta kakak-kakaknya terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Kesepian Aldo sedikit terobati ketika neneknya, Nek Aisyah (Atie Kanser), memutuskan untuk tinggal di Jakarta dan menemani cucunya. Kesepian Aldo pun makin hilang ketika dia bertemu teman baru, Rara, walau harus diawali tidak baik, karena Rara pada saat itu tidak sengaja terserempet mobil yang ditumpangi Aldo dan neneknya. Sejak saat itulah, keduanya saling berbagi dan menjalin persahabatan yang tulus, Aldo jadi sering datang ke tempat dimana Rara tinggal, berkenalan dengan teman-teman Rara lainnya, termasuk menyumbangkan buku-buku untuk sekolah singgah dimana Rara dan teman-temannya belajar bersama guru sukarelawan bernama Bu Alya (Varissa Camelia).
Sebuah jendela hanya sebuah jendela, impian seorang gadis kecil dalam rumah kardus diatas tumpukan sampah. Merajut sekuncup persahabatan yang tak memandang perbedaan selalu bersahabat dengan lingkungan, suasana, dimanapun dan kapanpun menciptakan alunan kehidupan sederhana bermakna luar biasa. film ini dihiasi dengan emosi (roler coster emosi) yang mengharukan dan ada juga yang menggembirakan, walaupun mereka hidup di atas tumpukan sampah mereka tetap bersyukur bernyanyi dengan riang gembira menghadapi kerasnya kehidupan .
Terkadang kita tak menyadari bahwa yang kita miliki adalah yang paling berharga dalam diri kita. Film ini memiliki cerita yang kuat dan nyaris sempurna karena semua scene terhubung dengan baik. Lagu-lagu dan polah polos anak-anak dalam setiapdrama musikal yang muncul menambah keindahan dalam film ini. Alur yang dibawa film ini juga tertata dnegan baik, sehingga bisa menjaga emosi penonton sampai akhir. Untuk film keluarga, film ini sangat layak Anda tonton bersama dengan seluruh anggota keluarga. Karena pesan yang disampaikan selain kuat juga mudah dipahami.
100 % dari tiket penjualan film ini akan disumbangkan kepada anak-anak yang kurang mampu. Asma Nadia sendiri bukan orang asing di dunia tulis-menulis, beliaunya sendiri sekarang tercatat sebagai ketua forum lingkar pena ( sarana menjembatani anak muda yang gemar menulis ). Karyanya juga telah banyak di kenal masyarakat, seperti Emak ingin berhaji yang juga telah diangkat dalam layer lebar. Bahkan royalty dari buku Emak ingin berhaji ini diberikan untuk social kemanusiaan.
sumber : berbagai sumber